Booming E-Commerce Indonesia pada tahun 2013

Sudah siapkah anda jadi pemain atau penonton perkembangan pesat e-commerce Indonesia?

Dot.com lokal yang berkumpul di #startuplokal

Bagaimanakah perkembangan startup/perusahaan dot.com lokal, sudah sebanyak dan sebesar apa mereka?

Sensasi belanja baju tanpa ruang ganti

Mencoba baju di butik tanpa ruang ganti? hanya bisa dilakukan di depan cermin....

memimpikan indonesia sebagai pioner e-commerce

Masih banyak PR yang harus diselesaikan dan masih banyak hambatan, namun peluang dan prospek terbuka lebar, jika ekosistem e-commerce Indonesia menjadi sempurna

Monday, January 12, 2015

Akhirnya bisa ke Chiang Mai dan Chiang Rai juga! (part 1)

Hai piknikers, apa kabar kalian semuanya, semoga masih sehat dan bisa tetap jalan-jalan. Di sesi ini saya kembali akan mengisahkan (dongeng kali, hahaha) perjalanan darat saya dan apa yang saya lakukan di Chiang Mai dan Chiang Rai. Ya..., akhirnya saya bisa berpetualang di dua kota besar paling utara Thailand. Sebenernya ini rangkaian trip yang saya lakukan bersama 4 sahabat saya. Akhirnya kami punya waktu untuk "me time" bersama, pada sibuk syuting sih ya kalian ini...hmmm. 
           Back to the topic, rencana awal adalah trip dua minggu yaitu Yangoon-Bagan-Mandalay-Bangkok-Chiang Mai-Chiang Rai namun karena ada sesuatu yang harus diselesaikan secara mendadak maka trip Myanmar (Yangoon-Bagan-Mandalay) di skip, hikzzz...padahal mupeng banget sama Bagan katanya sunrise nya cantik buangeett...tapi ya sudah lain kali saja. Perjalanan akhirnya dari Bangkok. Lagipula tiket juga gratis free seat...hmmm nggak gratis juga sih masih bayar per flight antara 200-300 ribu untuk pajak, dll. Ya...tiket gratis AirAsia digelar biasanya setahun sekali di menjelang akhir tahun untuk periode terbang sethaun kedepan. Anyway, thanks AirAsia... :)
         Ok karena saya pernah ke Bangkok sebelumnya dan sudah saya share pengalamannya lewat buku saya "Rapid traveler: habiskan 2 minggu jelajah 5 negara ASEAN" bisa download disini. Maka saya nggak menulis lagi tentang Bangkok secara detail, mungkin di lain tulisan akan share rekomendasi atraksi wisatanya dan review singkat saja, hehehe. Ok :)

Sleeper Class Train menuju Chiang Mai 


Perjalanan dari Bangkok bisa ditempuh dengan kereta atau pesawat. Namun karena saya ingin merasakan jalan darat maka kereta jadi pilihan saya. Kereta malam dari Bangkok berangkat pukul 19.35 dan sampai di Chiang Mai pukul 10.00 keesokan harinya. Durasi memang sangat lama namun kereta ini cukup nyaman dijadikan pilihan transportasi. Sebenernya ada banyak kereta menuju Chiang Mai, namun yang ada kelas sleeper nya hanya dua jadwal yaitu pukul 18.10 dan pukul 19.35. Kereta di Thailand paling utara hanya mentok sampai Chiang Mai. Denger-denger akan dibangun bullet train menyambungkan Chiang Mai-Bangkok-Pattaya, lalu dari Chiang Mai nyambung lewat Laos dan berakhir di salahsatu kota besar di selatan China, wow! Indonesia kapan? apakabar Jakarta-Bandung yang mau dibikin Bullet train nya?
ticket issued Bangkok-Chiang mai 1st class
          Harga tiket untuk yang pukul 18.10  --> 1st class, 1 kabin isi 2 ranjang upper (1253 baht) dan lower (1453 baht) dan untuk 2nd sleeper class 1 gerbong (tidak ada cabin room) bisa lebih dari 30 ranjang, upper (791 baht) dan lower (881 baht).
               Harga tiket untuk pukul 19.35  --> 1st class 1 kabin isi 1 ranjang dengan connecting door kabin sebelahnya, 1-2 , 3-4, dst harga 1953 baht dan 2nd class upper (791 baht) dan lower (881 baht) isi tiap kabin 4 ranjang.
         Pada awalnya saya menginginkan tiket 1st sleeper class kereta pukul 18.10 namun sudah sold out. Karena hanya berdua yang melanjutkan perjalanan ke Chiang Mai dan Chiang Rai maka diputuskan untuk beli yang satu kabin isi 2 orang.  Namun di suggest mbak penjual tiketnya untuk ambil 2nd sleeper class dulu, nanti kalau ada yang membatalkan di kelas 1st pada hari go show maka bisa upgrade di loket stasiun. Ok, manut wae lah.       
          Setelah di hari go show, ternyata tak ada satupun yang membatalkan tiket, tapi si mbak penjual tiket memberikan suggest ke kami untuk ambil 1st class yang pukul 19.35, hmmm tanpa pikir panjang ya sudahlah saya ambil itu tiket walaupun harganya hmmm lebih mahal dari naik pesawat, hampir 1 juta rupiah...beuh... Karena saya pecinta kereta ya tidak masalah lah ngeluarin duit segitu banyak hehehe. Agak kecewa sedikit sih dengan fasilitas yang didapatkan dengan harga segitu. No meal, dan gerbongnya ex Japan yang tua dan fasilitas minim hanya ada wastafel, meja kecil, selimut,bantal,matras tambahan untuk kasur, namun dengan fasilitas minim itu masih sangat nyaman. Paling nggak, mbok ya direstorasi sedikit dengan diberi televisi dan WC shower dalam cabin seperti yang dipunyai kereta dari Singapore ke KL. 
cabin 1st class, cukup lega!
            Jadwal kereta menuju Chiang Mai bisa cek link bawah ini, bisa booking 60 hari sebelum sampai 4 hari sebelum departure, tiket bisa ambil sendiri atau diantar ke hotel (kena charge). Jika diambil maka kantor ada di dekat Lumphini Park, denah dan alamat ada di situsnya. Saran saya kalo mau ambil 1stclass jauh-jauh hari ya suka fullbooked soalnya, http://www.thailandtrainticket.com/
lorong kabin, 1st class hanya 1 gerbong saja di rangkaian akhir
             Karena tidak dikasih makan di kereta, mau nggak mau saya beli makan di atas kereta yang lumayan mahal sih kisaran antara 100-300 baht menu set. Daripada kelaparan ya udah beli aja deh. Saran sih bawa makanan dari luar saja, di stasiun banyak kok yang bisa dicangking ke dalam kereta dari bread sampe makan besar. Sepanjang perjalanan saya habiskan untuk tidur, entah mengapa kok nyaman banget dan tiba-tiba aja sinar matahari udah nongol di jendela, hehehe. Yang perlu diprhatikan AC nya itu adeeemm buanget...jadi saya matikan AC kabin nya dan hanya memakai AC yang masuk dari fentilasi pintu kabin yang berasal dari AC lorong kabin, itu sudah cukup. Pemandangan pagi di sepanjang perjalanan cukup fantastis banyak bukit-bukit, lembah, sungai, rumah tradisional yang bagus-bagus, dan itu sangat menghibur saya. 
          Akhirnya sampai juga di Chiang Mai tepat waktu loh pukul 10.00 pagi, udara di Chiang Mai juga masih sangat segar karena berada di wilayah utara Thailand. Keluar stasiun dan mencari tuk-tuk menuju hotel.
warna purple kesukaan ibu ratu Sirikit :)
Baca juga : Akhirnya bisa ke Chiang Mai dan Chiang Rai juga! (part 2)
                   Akhirnya bisa ke Chiang Mai dan Chiang Rai juga! (part 3)

note : jika ingin menyadur sebagian atau secara keseluruhan bagian artikel ini dipersilahkan namun harap mencantumkan nama saya (astawama) dan link blog saya. Terimakasih

Thursday, January 8, 2015

Bagaimana maskapai Low Cost Carrier sering menjual tiket murah? apakah aman terbang bersamanya?

           



Judul yang lagi hangat diperbincangkan saat ini. Semenjak jatuhnya pesawat QZ8501 AirAsia (AA) dari Surabaya, Indonesia tujuan Changi, Singapore pada akhir desember 2014 lalu membuat banyak orang bertanya-tanya apakah aman memakai pesawat berbiaya murah seperti AirAsia ini? Bukan pertanyaan itu saja yang mengganjal, bagaimana bisa maskapai melempar harga kursi sangat murah bahkan sering gratis kepada calon penumpang padahal term baku pada industri pesawat adalah safety is first and must!? Dua pertanyaan ini akan coba saya bantu analisa dan jawab yang saya olah dari banyak sumber dan diskusi dari beberapa teman serta dari analisa pribadi. Boleh bantu tambah opini nanti di kolom komentar bawah ya guys :)
        Maskapai Low Cost Carrier (LCC) seperti AirAsia ini pada awal 2000 an memang sedang tumbuh pesat, banyak yang tumbang, namun tidak sedikit yang tetap bertahan dan mempunyai prestasi 5x berturut-turut the best low cost carrier in the world versi Skytrax , ya siapa lagi kalau bukan AirAsia. Dipimpin oleh seorang CEO jebolan Warner Music, Tony Fernandes, AirAsia dengan sangat percaya diri memimpin pasar LCC dunia. Bahkan tiap tahun dan tiap bulan selalu ada promo yang sangat menggoda iman bagi para calon penumpang dan bagi para traveler muda seperti saya :) hehehe. Coba kita lihat dari beberapa poin ini nanti silahkan kalian simpulkan sendiri untuk menjawab pertanyaan ini :)

1. Fast Turn Arround; 
             Di LCC tidak menyediakan makanan secara gratis, dan disediakan hanya secukupnya bila ada yang pesan pra terbang dan yang pesan di kabin. Ini berarti tidak ada pekerjaan berat seperti catering uplift dan tidak ada staff khusus catering. Begitu juga membersihkan kabin semua dilakukan oleh Flight Attandent / FA (pramugari/a), tak jarang pada saat terbang, sang FA mondar-mandir bawa kresek sampah hitam besar, biasanya dilakukan sesaat sebelum landing, dan penumpang diminta kerjasamanya untuk mengumpulkan sisa-sisa sampah yang masih tercecer di bangkunya, ya kan? 
            Lagipula LCC itu berute pendek, jadi tidak akan banyak sampah, nah... begitu landing, si FA hanya fokus security check,..done! selesai dalam 25 menit dan terbang lagi....(sudah include menggiring penumpang keluar dan memasukkan kembali penumpang sampai duduk rapi, hehe). Nah jika dibandingkan si full cost flight seperti katakanlah Garuda mana bisa 25 menit, harus minimal 40 menitan karena proses pengerjaan yang banyak dan memakan proses waktu... Karena semakin lama parkir di appron maka biaya parkir juga semakin besar, ini akan membebani cost maskapai. 

2. Terbang Tanpa Fasilitas Kenyamanan;
            Begitu pula dengan fasilitas kenyamanan lainnya seperti bagasi, AirAsia tidak memaksa penumpang membayar lebih untuk bagasi yang penumpang yang tidak dibutuhkan itu. Silahkan beli sesuai kebutuhan, kecuali rute domestik wajib 15 kilo dengan harga 40 ribu saja. Fasilitas lainnya seperti pilih kursi, kalau di AirAsia silahkan beli sesuai keinginan mau duduk dimana, mau reguler seat atau hot seat, kalau tidak ingin pilih seat maka akan dipilihkan sesuai dengan aturan dari AirAsia.
       Fasilitas lainnya lagi yaitu pesan makan sendiri, bisa dilakukan lewat web, termasuk selimut, entertainment, dll. Jadi yang dilempar di pasaran adalah bener-bener harga basic anda terbang. Karena sejatinya terbang rute pendek, nggak perlu kenyamanan yang over. Cukup duduk manis, pasang seat belt, ngemut permen dan tidur, 1-2 jam setelahnya sudah landing di bandara tujuan. Toh juga tidak mengurangi kenyamanan terbang, karena semuanya sudah disesuaikan dengan standar industri terbang. 

3. Flight based by Airline base;
             Rute LCC seperti AirAsia dalam sehari bisa terbang lebih banyak dibanding reguler flight dan rute terakhir kembali ke airline base misal Jakarta-Jogja-makassar-surabaya-palembang-balik lagi ke Jakarta, hampir tidak ada biaya inap crew, antar jemput crew dan pilot PP ke bandara juga tidak ada. Signifikan? jelas sangat signifikan biaya cost fasilitas itu. Dan mau tahu apa isi koper yang digeret crew FA itu? Bukan pakaian melainkan berkas2 hahaha. 
           Dalam sehari maskapai LCC bisa terbang lebih dari frekuensi maskapai full cost, dan jam terbang crew dan pilot tetap memakai standar industri penerbangan. Perlu diketahui, pilot terbang jarak jauh sesekali akan lebih capek kondisinya daripada jarak pendek yang berkali-kali, padahal jam terbang hari itu sama jumlahnya. 


4. Tiket sold directly;
           Ya..., lebih banyak jual lewat website langsung, suruh cetak / print sendiri, dan check in online untuk menghemat pembukaan operasional agen di tiap kota, semuanya self service dari si penumpang

5. Smaller airport/terminal khusus;
             Ini yg baru dilakukan di eropa, mereka punya airport dan terminal sendiri khusus utk LCC sehingga biaya pajak bandara, dan cost operasional tdk terlalu tinggi, di Indonesia masih jadi satu FCC dengan LCC, sebenarnya ini solusi bagus untuk Indonesia, jika tidak memungkinkan bandara sendiri ya terminal khusus tak masalah. 

6. Company Budget Planning (sumber : tulisan mas Faisal Umry di grup BD);
             Ini yang menarik dari sebuah perusahaan khususnya maskapai LCC bagaimana mereka bertahan dengan lempar harga murah sangat sering.

"Prinsip dari budget adalah planning pemasukan dan pengeluaran, nah ini harus imbang dan sedapat mungkin pemasukan lebih besar dari pengeluaran supaya dapat profit.

Pemasukan itu jelas dari revenue, dari sales dan lain lain. Pengeluaran itu jelas dari ongkos operasi, termasuk bayar karyawan dll, dsb,dst. Dalam perusahaan tidak peduli disatu point jual rugi dan di point lain jual untung besar, yang dilihat adalah revenue dalam satu tahun! Sekali lagi REVENUE dalam setahun!
Sederhananya begini (misalnya) :
Angka angka ini hanya perumpamaan :
Budget plan :
Jumlah flight per tahun : 10.000 flight
Operation cost : USD 100.000.000
Sederhananya, berapapun pax yang dibawa ya tetap aja costnya. (actual nya tidak sesederhana ini ya) saya hanya coba menyederhanakan supaya mudah dipahami.
Sekarang revenue (pemasukan) :
Sales : USD 90.000.000
Iklan : USD 10.000.000
Total USD 100 juta impas kan???
Padahal bisa dipastikan tidak semua flight itu full, teman2 tentu setuju dengan saya.
Nah sekarang bagaimana Air Asia group mencetak uang gratis, ya saya bilang MENCETAK UANG GRATIS.
Taruh lah rata2 setiap flight itu 10% kosong, berarti ada 18 kursi kosong. Tapi tidak semua kursi kosong 10% kan? Pada peak season tidak ada kursi kosong JUAL MAHAL dong.
Nah pada low season ada dong kursi kosong bahkan more than 10%.
Let Tony Fernandes magic begin :
Dia buat promo 0 rupiah untuk ngisi kursi kosong itu, kita kita "dipaksa" beli setahun sebelumnya.
Namanya sih 0 rupiah, tapi apa kita bayar 0 rupiah? I don’t think so, minimal untuk tiap sector kita bayar Rp.300.000,- am I correct.
Misal dari 10.000.000 seat yang tersedia setahun dia obral didepan 0 rupiah 10% saja atau 1.000.000 seat berapa uang yang diterimanya?
Teman teman tentu ingat Air Asia pernah bikin promo sejuta kursi gratis, itu beneran sejuta kursi loh.
Taruhlah setiap seat kita bayar USD 20. Jadi Tony Fernandes dapat duit USD 20.000.000.- bener ini DUA PULUH JUTA USD DOLLAR!!!!
Dia hanya punya kewajiban menerbangkan kita setahun kemudian!
Lihat apa yang terjadi di General Ledger nya :
Pemasukan awal nya :
Sales : USD 90.000.000
Iklan : USD 10.000.000
Total USD 100 juta impas kan???
Setelah dapat duit gratis :
Sales : USD 90.000.000 + 20.000.000
Iklan : USD 10.000.000
Total USD 120 juta hehehe.
Tanpa sadar kita semua sudah "dipaksa beli" oleh Tony Fernandes, Air Asia meminjam duit dari kita, tanpa bunga, nggak perlu dikembalikan, hanya perlu nerbangin kita setahun didepan.
Jadi Air Asia group tidak akan pernah rugi jual tiket murah, malah UNTUNG BESAR!!!
DAN, Tony Fernandes bisa ngutang ke Bank dengan bilang ini loh aku sudah punya calon penumpang setahun kedepan…….
Perusahaan mana di dunia ini yang bisa dapat DUIT gratis????? Hanya Air Asia saya rasa."

             


Baca juga : Gara-Gara AirAsia nih!



Ya begitulah kurang lebih gambaran bagaimana maskapai LCC dapat hidup dan bertahan :). Jangan pernah ada keraguan atau mengkaitkan antara harga tiket murah dengan keselamatan penerbangan, karena itu tidak berkolerasi. Industri penerbangan itu yang utama adalah menerbangkan orang dengan aman.
               Korelasi yang tepat dengan harga tiket murah adalah hanya di fasilitas kenyamanan di darat dan kabin. Jadi saya meragukan analisa dan keputusan dari pak Jonan (Menhub) untuk merevisi harga batas bawah tiket pesawat. kenapa tidak benahi dulu internal kementerian perhubungan baru terapkan aturan ke maskapai-maskapai dengan sangat disiplin, kenapa grusa-grusu seperti itu?.
               Jika benar ini terjadi, bakal merembet ke banyak sektor seperti industri pariwisata. Karena hampir 90% industri pariwisataa domestik ditopang oleh LCC, jika LCC tidak murah lagi (namanya bukan LCC lagi dong ya? hmmm) maka efek domino bakal terjadi sesudahnya. Termasuk saya traveler muda dan calon-calon traveler lainnya yang ingin bermimpi mencicipi jalan-jalan dalam negeri yang sangat eksotis itu dengan pesawat berbiaya murah akan kandas. Akankah itu? semoga tidak!



*foto sumber : internet

note : jika ingin menyadur sebagian atau secara keseluruhan bagian artikel ini dipersilahkan namun harap mencantumkan nama saya (astawama) dan link blog saya. Terimakasih

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

List rekomendasi